Jumat, 17 Januari 2014

Pengakuan Tarmizi

Nama saya adalah Tarmizi dan saya adalah seorang melayu (Malaysia). Saya sekarang ini bekerja di perusahaan swasta.
Saya mengenal kekristenan tidak melalui siapa-siapa. Beberapa tahun lalu saya mengikuti pelajaran/kursus mengenai kekristenan atas inisiatif saya sendiri dan tanpa adanya pengaruh dari luar. Ini dikarenakan saya ingin mengenal lebih jauh lagi mengenai kekristenan. Saya harus juga akui bahwa lingkungan dimana saya tinggal juga sedikit banyak mempengaruhi saya dalam mengenal kekristenan. Sebaliknya, saya malahan agak canggung ketika harus bergaul dengan teman-teman muslim saya, sebab saya ketahui bahwa beberapa hal dalam islam adalah hal yang sangat tabu. Seperti contohnya cara sembahyang yang harus dilakukan sesuai cara dan aturan yang tepat dan menggunakan bahasa yang tidak dapat saya mengerti secara jelas.
Kursus singkat mengenai kekristenan yang saya ikuti tersebut mengajarkan dasar-dasar kristen dan juga kesamaan antara kristen dan islam (seperti contohnya, kepercayaan mengenai neraka). Saya kemudian menerima sertifikat setelah saya selesai mengikuti kursus singkat ini.
Setelah kursus itu, saya mendatangi kebaktian di suatu daerah di Kuala Lumpur. Sekali lagi, saya pergi ke tempat ini atas inisiatip saya sendiri. Sebelum pergi ke sana, saya telpon tempat itu dan memberitahukan bahwa saya akan menghadiri kebaktian dan sekaligus memberitahukan mengenai latar belakang saya dan keinginan saya untuk mempelajari kekristenan. Mereka pun menjawab bahwa mereka siap menerima saya kapanpun saya mau datang.
Orang-orang di sana tampak sangat baik dan welcome. Gerejanya hanya terdiri dari sebuah ruang besar, sama seperti mesjid.
Saya mengira akan di adakan acara perjamuan kudus (komuni kalau di katolik – jelasnggak) sebab banyak teman muslim saya berkata bahwa jika seorang muslim makan roti dari acara perjamuan kudus ini, maka muslim tersebut akan ‘terperangkap’ selamanya.
Sayapun lega mengetahui bahwa kebaktian hari ini tidak di adakan acara perjamuan kudus. Pada akhir acara kebaktian, saya di berikan sebuah pamplet dan saya di ajak untuk serius dalam memikirkan kepercayaan yang benar-benar saya ingini.
Dalam hati, saat itu saya ingin percaya kepada Yesus, tetapi saya masih memiliki beberapa keraguan. Saya bertanya kepada diri saya sendiri, “apa bagusnya hal ini (menjadi kristen) buat saya ?”. Saya bertanya begini sebab saya tahu bahwa di malaysia (pada saat itu) ngga ada orang yang bisa meninggalkan islam dan menjadi pengikut Yesus. Pertanyaan seperti, “Apa akibatnya buat saya ?” atau “APakah saya melakukan hal yang benar (jika pindah agama) ?” terus menerus menghantui saya.
Dengan berbagai pertanyaan yang terus berkecamuk tersebut, saya putuskan untuk berhenti untuk berkeinginan menjadi pengikut Yesus.
Saya pun kembali menjadi seorang muslim lagi. Keluarga dan teman banyak yang mengajak saya untuk berdoa  dan saya pun menanggapi ajakan itu. Tetapi setelah beberapa saat, saya juga bosan dan malas lagi. Hal pasang surut seperti ini terjadi beberapa kali.
Selama 6 bulan saya begitu menggebu-gebu menjalankan sunah islam, tetapi setelah itu saya pun malas.
Sebelum saya kawin, semangat saya menjalankan syariah islam begitu tinggi. Saya tak pernah lupa menjalankan sholat 5 waktu. Istri saya (yang dulu adalah tunangan saya) sering kali membangunkan saya di pagi hari untuk sholat subuh.
Saya masih ingat ketika itu saya melaksanakan ibadah haji di mekah. Ketika itu saya memperhatikan aktifitas yang dilakukan orang2 di sekitar saya yang juga sedang melaksankan umrah. Mereka datang dari segala pelosok dunia. Saya melihat sendiri mereka berdoa dengan cara-cara yang sangat berlainan dengan saya. Doa mereka pun banyak yang berbeda dengan doa yang sering saya lakukan. Meskipun sama dalam hal fokus dan arah, cara mereka berdoa dengan cara saya.
Perbedaan ini membuat saya bertanya2 dalam hati. Saya telah diajarkan bahwa cara berdoa dan patternnya itu sudah di atur sedemikian rupa dan harus diikuti dengan benar. Tetapi yang saya lihat sekarang ini justru berbeda dengan yg saya dapatkan. Saya jadi lebih bertanya-tanya lagi. Cara dan patern yang mana sih sebenarnya yang harus di pakai. Jika punya saya yang benar, berarti punya mereka itu salah. Sebaliknya, jika punya mereka yang benar, maka doa yang selama ini saya lakukan tidak diterima oleh Allah. Pemikiran ini sangatlah mengganggu saya.
Cara berdoa memang tidak pernah disebut dalam Quran. Cara berdoa hanya menurut perkataan Muhammad. Bagaimana seseorang menterjemahkan perkataan Muhammad ini menentukan bagaimana seseorang menggunakan cara sholat.
Lalu apa perbedaan cara sholat yang saya lakukan dengan yang mereka (orang dari negara lain) lakukan.
COntohnya, posisi tangan. Apakah tangan harus dibuka lebar-lebar, atau tangan bisa di gerakkan ke kiri dan ke kanan dengan bebasnya.
Begitu juga dengan pause (diam sejenak) di antara doa. Ada atau tidak ?
Hal-hal seperti ini tidak pernah disebutkan di dalam Quran. Para ulama islam memberikan terjemahan yang berbeda-beda.
Selagi di mekah itu saya terus bertanya dalam hati, “mengapa kita melakukan yang sekarang kita lakukan?”
Setelah kembali dari mekah, semangat sholat saya mulai menurun. Saya kembali banyak berpikir tentang kekristenan. Meskipun banyak banyak berpikir, tidak ada hal yang besar terjadi pada saat itu.
Tiba-tiba sesuatu datang di pikiran saya. Saya ambil buku telepon dan saya mulai menelepon gereja-gereja yang ada. Saya memilih gereja mana yang akan saya telpon secara random. Suatu saat, saya berbicara dengan seorang wanita keturunan india yang kemudian mengundang saya untuk datang dan berbicara dengannya. Saya tanyakan beberapa pertanyaan kepadanya. Ia pun menjelaskan semua pertanyaan saya itu dan kemudian memberikan sebuah selebaran untuk di baca di rumah. Setelah saya membaca selebaran itu, sayapun tertarik untuk menerima Isa Almasih sebagai penyelamat pribadi saya.
Sayapun bertemu kembali dengan wanita ini dan mengatakan kepadanya ketertarikan saya untuk menjadi pengikut Yesus. Saya bertanya kepadanya, ” Maukah Kamu mengajarkan kepada saya cara untuk menerima Yesus sebagai Penyelamat Pribadi saya?”.
Hari itu juga wanita itu membuat saya menjadi pengikut Yesus. Saya hanya mengikutinya membaca doa. Doanya cuma mudah, doa itu mengenai pertaubatan dan permohonan ampun dan janji untuk mengikuti Yesus. Sayapun diberikan sebuah Injil.
Wanita itu lalu mengatakan bahwa saya harus ada pembimbingnya, dan biar pantas, maka saya lalu dikenalkan dengan seorang pria yang akan membimbing saya menjawab semua pertanyaan yang masih ada di benak saya.
Saya tidak lagi memiliki kebimbangan dan pertanyaan sekarang. Semuanya sudah terjawab setelah kepindahan saya dari islam ke kristen. Seorang teman memberikan sebuah buku kepada saya yang isinya mengenai semua pertanyaan dan jawaban yang sering di tanyakan oleh orang-orang yang baru saja pindah agama, seperti saya ini.
Sebagai pengikut Yesus yang tinggal di lingkungan Muslim, saya harus berhati-hati dalah mengekspresikan kepercayaan saya yang baru ini. Muslim akan sangat marah kepada mereka yang meninggalkan islam.
Sejak saya mengikuti Yesus, ada beberapa perubahan penting dalam hidup saya. Ketika saya masih seorang muslim, Tuhan digambarkan sebagai sesuatu yang harus di takuti, tukang menghukum. sekarang saya melihatNYA dengan cara yang berbeda. DIA masih sesuatu yang maha kuasa, tetapi DIA juga sesuatu yang maha kasih dan bisa di ajak berkomunikasi dan berbagi dalam hal apa saja. Saya tahu bahwa DIA terus mendengarkan saya dan DIA dekat dengan saya.
Bagi saya Isa Almasih adalah penyelamat dan TUhaN. Inilah yang terus saya ingat dan ucapkan di dalam doa-doa saya.
Saya percaya, berkat terbesar dari TUhan adalah bahwa saya telah dipilih olehNYA untuk diselamatkan. DIA telah memilih saya dan saya percaya rencanaNYA adalah untuk memakai saya agar memberitahukan kepada semua muslim yang ada di Malaysia.
Beberapa saat lalu saya ada kesempatan berbincang dengan seseorang gadis melayu. Tetapi dia tak siap untuk mengambil langkah selanjutnya dalam menerima Yesus.
Tetapi dia juga setuju bahwa pada dasarnya untuk menjadi seorang malaysia, tidak perlu harus menjadi muslim.
Adalah harapan saya bahwa pemerintah malaysia lebih terbuka kepada mereka yang meninggalkan Islam dan berpindah ke agama lain. Saya berharap bahwa tidak akan ada ancaman lagi dan juga konsisten dengan hal ini.
Sejauh ini pemerintah malaysia kadang bisa longgar tetapi kadang juga  penuh tekanan kepada orang2 seperti saya. Apalagi ketika ada tekanan dari organisasi islam.

Salam,
Tarmizi.


 artikel ini telah diberikan perubahan bahasa dari bahasa melayu ke indonesia. maaf atas kata yang kurang berkesan.

0 komentar:

Posting Komentar